Sabtu, 07 Mei 2022
Kemudian dimanakah Emansipasi?
Jumat, 06 Mei 2022
Pengetahuan Lokal Yang Tertindas
STRUKTUR PERUBAHAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT INDUSTRI
Timbulnya kelas menengah baru
- Sistem sosial tersusun atas sejumlah unit yang saling tergantung satu sama lain.
- Ada ketidaksamaan distribusi mengenai sumber-sumber langkah yang bernilai di antara unit-unit tersebut.
- Unit-unit yang menerima pembagian sumber-sumber secara tidak proporsional mulai mempersoalkan legitimasi dari sistem sosial yang ada.
- Masyarakat yang tidak berpunya mulai menyadari bahwa ada kepentingan bagi mereka untuk mengubah sistem lokasi sumbersumber yang ada.
- Mereka yang tidak berpunyai mulai menjadi emosional.
- Secara berkala muncul ledakan frustrasi, seringkali tidak terorganisasi.
- Intensitas keterlibatan mereka dalam konflik semakin meningkat dan keterlibatan tersebut semakin emsosional.
- Berbagai upaya dibuat untuk mengorganisasikan keterlibatan kelompok tak berpunya dalam konflik tersebut.
- Akhirnya, konflik terbuka dalam berbagai tingkat kekerasan terjadi diantara mereka yang tidak berpunya dan mereka yang berpunya.
2. Pentingnya konsep mengenai diri
3. Hubungan antara individu dengan masyarakat
- Antras, Pol. “De-Globalisation? Global Value Chains in The Post-Covid-19 Age.” Human Relations, vol. 3, no. 1, 2020.
- Argenti, Gili. “Globalisasi Dan Dampaknya Bagi Negara Dunia Ketiga.” The Indonesian Journal Of Politics And Policy (IJPP), vol. 1, no. 1, 2019, doi:10.35706/ijpp.v1i1.1645.
- Brinkley, Catherine. “The Smallworld of the Alternative Food Network.” Sustainability (Switzerland), vol. 10, no. 8, 2018, doi:10.3390/su10082921.
- Coser, Lewis, and D. A. N. Ralf. “Strukturalisme Konflik : Pemahaman Akan Konflik Pada Masyarakat Industri.” Jurnal Sosiologi Dilema, vol. 24, no. 1, 2010.
- Fleck, Christian. “Lewis A. Coser-A Stranger within More than One Gate.” Sociologicky Casopis, vol. 49, no. 6, 2013, doi:10.13060/00380288.2013.49.6.04.
- Gumelar, Michael Sega. “Dekonstruksi Pemikiran Mistis Fritjof Capra Dalam Buku ‘ Titik Balik Peradaban .’” Jurnal Studi Kultural, vol. I, no. 1, 2016.
- Holjevac, Marković, Raspor. “Customer Satisfaction Measurement In Hotel Industry: Content Analysis Study.” BMC Public Health, vol. 5, no. 1, 2017.
- Setiadi, Hafid. “Worldview, Religion, and Urban Growth: A Geopolitical Perspective on Geography of Power and Conception of Space during Islamization in Java, Indonesia.” Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies, vol. 11, no. 1, 2021, doi:10.18326/IJIMS.V11I1.81-113.
- Suharso, Sukidin Pudjo. “Pemikiran Sosiologi Kontemporer.” Repository.Unej.Ac.Id, 2015.
- Umanailo, M. Chairul Basrun, et al. “Public Relations Management Strategy through Management by Objective (MBO) of PT Kereta Api Operational Area 7 Madiun Indonesia Tulungagung Station.” Proceedings of the International Conference on Industrial Engineering and Operations Management, 2019.
Sabtu, 07 April 2018
Proses Modernisasi dan Pergeseran Okupasi
Jumat, 06 April 2018
POSTMODERNISME DALAM PANDANGAN JEAN FRANCOIS LYOTARD
“Postmodernisme” adalah istilah yang sangat kontroversial, di satu pihak istilah ini telah memikat minat masyarakat luas. Ini menunjukkan bahwa ia memiliki kemampuan untuk mengartikulasikan beberapa krisis dan perubahan sosio-kultural mendasar yang kini sedang kita alami. Di lain pihak istilah ini dianggap sebagai mode intelektual yang dangkal dan kosong atau sekedar refleksi yang bersifat reaksioner belaka atas perubahan sosial yang kini sedang berlangsung.
Jean Francois Lyotard adalah seorang filosof poststrukturalisme namun ia kemudian lebih dikenal sebagai salah satu pemikir penting aliran filsafat postmodernisme yang terkenal dengan gagasannya tentang penolakan Grand Narrative (narasi besar), yaitu suatu cerita besar yang mempunyai fungsilegitimasi karena bersifat menyatukan, universal, dan total. Penolakan narasi besar, menurut Lyotard, berarti penolakan terhadap penyatuan, universalitas dan totalitas. Dan dalam pandangannya, inilah salah satu ciri pembeda yang paling menonjol antara filsafat postmodernisme dengan filsafat modernisme.
Istilah “postmodernisme” muncul pertama kali di kalangan seniman dan kritikus di New York pada 1960-an dan diambil alih oleh para teoretikus Eropa pada 1970-an. Salah satunya, Jean-François Lyotard, dalam bukunya, The Postmodern Condition: A Report on Knowledge, menyerang mitos yang melegitimasi jaman modern (“narasi besar”), pembebasan progresif humanitas melalui ilmu, dan gagasan bahwa filsafat dapat memulihkan kesatuan untuk proses memahami dan mengembangkan pengetahuan yang secara universal sahih untuk seluruh umat manusia.
Kajian saya lebih lanjut bisa ditemukan pada
POSTMODERNISME DALAM PANDANGAN JEAN FRANCOIS LYOTARD
Karya Jean Francois Lyotard